NUSAKAMBANGAN - Ada 4 dimensi yang harus dipenuhi agar sebuah organisasi berjalan, yakni gedung atau sarana prasarana, regulasi atau nomenklatur, Sumber Daya Manusia (SDM) dan anggaran.
Tapi, pemenuhan keempat aspek tersebut tidak menjamin organisasi bekerja optimal. Semua aspek itu harus mampu dikelola secara maksimal.
Hal ini menjadi penegasan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, Tejo Harwanto saat memberikan pengarahan dan penguatan kepada jajaran Lapas Kelas IIA Gladakan, Lapas Kelas IIA Ngaseman dan Lapas Kelas IIB Nirbaya, yang berlangsung di aula Lapas Ngaseman Nusakambangan.
Keempat aspek itu, kata Tejo, saling berkorelasi. Satu dengan yang lain saling mempengaruhi.
"Empat aspek itu sangat penting, yang menentukan kehidupan keorganisasi, " ulas Tejo.
Baca juga:
Menikmati Kesegaran Sungai Gintung
|
"Namun keempatnya harus berjalan baik. Misalnya gedung bagus, sarana prasarana lengkap, anggaran ada, tapi SDM kurang atau tidak bekerja dengan baik, maka organisasi juga tidak berjalan optimal, " tambahnya.
Bicara pengelolaan SDM, mantan Direktur Pengamanan dan Intelejen Direktorat Jenderal Pemasyarakatan itu mengatakan bahwa tidak luput dari sistem manajerial, yang meliputi Top Manager, Middle dan Low.
"Dan semua tingkatan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi, memiliki kemampuan, " kata Tejo.
Lebih rinci, Kakanwil mengungkapkan, ada 3 kompetensi dasar yang wajib dimiliki seorang Aparatur Sipil Negara, yakni kompetensi knowledge atau ilmu pengetahuan.
"Kedua, skill atau keterampilan. Kompetensi ini bisa didapat dari pengalaman, misalnya keterampilan registrasi, keterampilan penjagaan, baris berbaris dan sebagainya, " ungkap Tejo.
"Ketiga Attitude. Ini tidak kalah penting, punya keduanya tadi, tapi tidak punya attitude atau etika, maka hancur semuanya".
"Orang yang pintar yang cerdas dan memiliki keterampilan yang bagus tapi moralnya buruk, maka tunggu kehancuran organisasi, " tegasnya menambahkan.
Menurut Tejo, orang yang pintar, cerdas dan berilmu tinggi, tapi tidak berintegritas, data hancurnya terhadap organisasi lebih tinggi.
Baca juga:
Dikenang, Tentara Pendamping Belajar Daring
|
Kendati demikian, Kakanwil juga tetap mendorong jajarannya untuk terus mengembangkan kompetensi dan keterampilan.
"Tapi jangan juga biasa-biasa saja, terlebih bodoh. Semuanya harus seimbang. Iptek tinggi, akhlaknya juga tinggi, " pesan Tejo.
Dia juga mengatakan bahwa bekerja di Nusakambangan adalah sebuah kebanggaan tersendiri.
Hemat Kakanwil, Nusakambangan merupakan "kiblat" sekaligus kawah candradimukanya Pemasyarakatan. Jadi, bertugas di Alcatraznya Indonesia punya value lebih.
Penutup, Tejo mengingatkan kembali agar bekerja dengan jujur.
"Apabila rekan-rekan bekerja dengan baik, maka hasilnya pasti hasil baik juga. Baik bagi saudara dan pasti berdampak positif terhadap kita, istri kita dan orang tua kita, " pesan Tejo.
"Hasil kerja saudara yang baik, kepatuhan bagus, walaupun pimpinan tidak melihat, nanti tetap akan ada imbalan dan keberkahan di dalamnya, " pungkasnya mengakhiri.
Hadir mendampingi Kakanwil pada kegiatan tersebut, Kepala Bidang Pelayanan Tahanan, Kesehatan, Rehabilitasi Pengelolaan Basan dan Keamanan Kemenkumham Jateng, Jefri Purnama. Tampak juga Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) serta pejabat se Nusakambangan dan Cilacap.